11/10/15

Naskah Lomba Monolog SMAK 6 Penabur (Kenneth Mulia)

BLOK
Karya : Putu Wijaya

SEORANG LAKI-LAKI PARUH BAYA DAN SETENGAH GILA SEDANG DUDUK DI BANGKU PANJANG MEMAINKAN SETIAP PAKAIAN YANG DIWANYA DALAM PLASTIK BESAR SAMBIL BERNYANYI… DI SISI LAINNYA TERDAPAT DUA MAKAM
Tembang*

MENOLEH KE ARAH PENONTON, BERCERITA
Ada seorang anak muda, namanya Egy. Eh, bukan Egy, Edy. Eh, bukan, Dedy. Ahhh, bukan Evy, Ery… Ah siapalah dia. Ada seorang anak muda. Ya, seorang anak muda. Ketika aku masih muda dan tak berdaya. Seorang anak muda, lebih muda dari kaldian semua. Dia bersemangat. berbakat, enerjetik, agresif, ambisius, payah, penuh harapan, makhluk baru. Tetapi dia sangat lugu dan kurang sabaran. Dia dungu, dia tergila-gila menjadi pahlawan. Dia ingin menjadi raja uang, presiden, eksekutif. Padahal bakatnya hanya terbatas jadi badut. Dia ingin memberontak pada kodratnya. Dia berdiri di bawah kaki kegagahan, keberanian, kenekatan guru, idola yang dipuja dan diagung-agungkannya. Tapi, dia mati sangat muda, sangat sia-sia semuanya

KENANGANNYA YANG DIPANGGILNYA ITU DATANG. TERDENGAR SUARA LANGKAH YANG BERDENTAM. DIA TERKEJUT LALU MENOLEH.
Ah, Siapa itu? Kamu egy? Edy atau Dedy? Atau Ery? Jangan berdiri di situ, masuk saja sini.

DIA BERDIRI LALU MENGHAMPIRI KEDUA MAKAM
Nama kamu siapa? Egy? Dedy? Ery? Ah masa bodohlah, pokoknya ini nanti untuk kamu, aku sudah jahitkan robeknya. Dingin? Iya, memang sejak ozon bimasakti tidak pernah pakai jaket. Kita cepat kedinginan. Apa kau mau menunggu sebentar? Atau, kau mau pakai yang belum jadi ini?

KEMBALI KE TEMPAT DUDUKNYA
Dia sering ada di situ. Aku kira, dia jadi petinju seperti Tyson. Dia bisa jadi presiden seperti Clinton. Banyak yang mestinya dia ubah.. Lho Egy ? Kamu masuk darimana? Ternyata kamu masuk dari belakang. Ngangetin orang tua saja. Ah, buka cepat sepatumu. Kok sampai sebegitunya lumpur. Apa turun salju di sana. Iya, aku dengar dari radio tetangga, bahwa salju hari ini turun lebih lebat dari biasanya. Aku tidak bisa bayangkan, karena aku tidak pernah lihat salju. Dingin? Angin juga? Wah bias bahaya. Tapi, buka dulu jaketmu, topimu juga, masa di dalam rumah pake begituan, sumpek mataku melihat. Sini biar aku gantung jaket mu di kamar kakekmu. Pelan-pelan.. Hhh baunya, sudah berapa hari tidak kau cuci. Tapi, baumu sama seperti kakekmu, bau kalian semua sama.

BERBALIK HENDAK MEMBAWA PAKAIAN ITU KE KAMAR, TAPI KEMUDIAN BERBALIK LAGI
Ah, tunggu.. tungu… Apa Kau masih membawa senjata? aku tidak mau dengar alasan mu lagi. Itu Sudah kuno. Untuk apa, hah? apa ada yang mau nggebukin kamu? Kamu tahu, kalo kamu sudah bawa senjata, kamu jadi pongah, kamu akan merasa lebih hebat dari orang lain. Kalau senjata itu sudah dikeluarkan, dia akan bahaya. Dia haus darah! Maunya Dar-Der-Dor! Tanpa kamu setujui, kamu sudah jadi pembunuh. Aku tidak setuju itu, Edy.. Dengar.

NAMPAK PUTUS ASA, MENATAP MAKAM, LALU BERJLAN MENUJU MAKAM, DAN DUDUK DI ANTARA DUA MAKAM
Ah, Dia sudah tidur lagi. Dia selalu saja begitu kalau diberi nasehat pasti dia pura-pura tidur, biar tidak ngeh. Tapi ini kesempatan ku untuk memeriksa isi kantongnya. Siapa tahu dia bawa heroin. Aku tidak setuju kalau heroin menjadi bagian dari peradaban. Aku sudah mencobanya bahkan berkali-kali. ssstttt… Egy tidak boleh tahu itu. Rasanya memang enteng. tapi enteng itu kontan akan memberatkan dan menindih. Tapi Egy masih muda, masih banyak aksi.

MEMERIKSA MAKAM, TERTAWA
Hahahaa,… aduh…., ya Tuhan… ini bukan Egy, ini Dedy.
Yang ini masih kayak tikus. Tikus cerurut! Kasihan! Aduh, … Ya, Tuhan…




TERTAWA CEKAKAAN SAMPAI MENGELUARKAN AIR MATA
Bilang dong, kalau kamu itu Dedy. Ah! Kan aku jadi tidak ngaco ngomongnya. Kapan kamu pulang? Bukannya… kamu ada di penjara? Jangan bilang, kamu lari dari sana. penjara itu baik untukmu. Penjara itu memberikan kau pelajaran bahwa kejahatan itu tidak baik... Iya kamu memang senang, tapi orang lain menderita. Bahkan orang lain yang tidak ikut menderita juga menjadi ketakutan. Kalau ingin sesuatu, semua itu ada aturannya, kau harus berusaha mendapatkannya. Tapi, walaupun kau sudah banting tulang, semua terserah pada nasibmu, baik atau buruk. Jangan marah-marah, kalau kalah, karena setiap orang akan merasakan itu kalau dia lagi apes. Belajarlah menerima orang lain yang selalu menang.

DIA BERGEGAS, TERKEJUT
Siapa itu? Kamu Ery? Ini sudah malam, ngapain ke sini? Minta maaf? Minta maaf kok malam-malam. Harusnya minta maaf pagi-pagi, paling telat sore-sore. Kalau sudah malam begini aku sudah tidur. Kalau aku sudah tidur, aku tidak bias mendengar orang minta maaf. Lebih baik kau dating besok saja, kalau mataku sudah melek. Kalau aku masih bisa bangun, sebab mala mini mimpiku sangat buruk. Bagaimana kalau kau dating kalau kau sudah siap, biar aku bisa bilang tidak. Karena orang yang berhianat pada Ery, tidak boleh dimaafkan. Musuh yang berhianat dengan alasan apapun itu, tidak boleh dimaafkan, karena cinta, karena terpaksa, karena alpa, karena disantet, karena ditipu, karena apapun alasannya, itu tetap penghianatan.
Sudah waktunya sekarang bertindak tegas. Dan siapa saja nanti juga boleh bertindak begitu kepadaku. Kalau yang aku lakukan ini adalah kekeliruan dan kejahatan. Aku tidak disulap menjadi kebaikan hanya gara-gara aku sudah mati. Aku akan bangkit dari liang kuburku dan memindahkan tulang belulangku dari makam pahlawan ke pinggir kali, kalau memang aku ini penjahat.
Tidak Ery, aku tidak akan luluh karena rayuanmu! Pergi dari situ, sekarang, sekarang juga,

MENGAMBIL SESUATU DAN MELEMPAR-LEMPARKANNYA
Pergi! Pergi! Jangan berdiam diri terus di situ, nanti aku berhianat pada keyakinanku! Pergi! Pergi!

CEPAT-CEPAT BERLARI MENGHAMPIRI MAKAM, SAMBIL MENCARI-CARI SELIMUT
Aku tahu belum ini terlalu malam, tapi harus ku tutup sekarang. Coba Lihat ada bayangan badai. Angin sepoi meniris datang, dan membawa angin dingin yang menakutkan,. Terasa tidak? Ayo cepat, pakai selimutmu. Ahhhh, mengapa masih robek… aduh, petanda apa ini? Aku takut mala mini aka nada badai dan banjir. Sebaiknya kita lari sekarang menyelamatkan diri ke dalam mimpi saja. Ayo, ayo…

KELUAR DARI SELIMUT, MENATAP MAKAM
Kau tidak setuju? Kau selalu saja begitu… selalu ingin bangga dengan kegagahanmu. Kalau setiap ada bahaya, kau selalu gunakan kesempatanmu untuk menunjukan menunjukkan kegagahanmu. Ingat, kau itu sudah mati. Tidak ada lagi yang lagi yang bias kau lakukan. Semua itu ada batasnya. Benar,... smua ini bukan pengecut! Seorang juara sejati juga harus tahu kapan dia berhenti!. Jangan keras kepala! Kau itu sudah mati! Aku tidak akan ikut. Bukan karena aku tidak setia! Karena aku tidak setuju! Bukan, ini tidak berarti aku mau berhianat! Hilangkan kecurigaan yang kampungan itu! Aku punya pendapat dan keyakinan sendiri, aku harus bersikap! Bukan karena aku penghianat! Bukan! Bukan! Bukan! 

DIAM BEBERAPA SAAT, MENDENGARKAN, LALU BERTERIAK LEBIH KERAS
Bukan!!! Bukaaaaaaann! Aku bukan penghianat. Aku bukan penghianat!

DIA DUDUK KEMBALI
Aku takut. Benar. Memang. Aku takut, setiap kali melangkah. Langkahku gemerincing terasa menggedor ulu hatiku, sehingga aku selalu berpikir ribuan kali sebelum bertindak. Apakah aku tidak akan menyusahkan orang lain? Apakah aku tidak akan berdosa? Apakah aku tidak akan…… Apakah aku tidak akan…… aku takut… aku takut….

MENANGIS HISTERIS SAMBIL MENUTUPI TUBUHNYA DENGAN SELIMUT DI SAMPING MAKAM
Aku takut… aku takut… aku takut … aku takut….


KENANGANNYA YANG DIPANGGILNYA ITU DATANG, SAMBIL BERNYANYI… 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.